Selasa, 22 April 2014
Ujian Akhir Nasional akhirnya terlewati, lamanya 4 hari rasanya seperti 1minggu. Tak perlu
waktu lama selang 3 hari setelah ujian, aku dihubungi oleh ibu guru untuk bersiap ke Jakarta.
Normi, klinik kecantikan M butuh Asisten Apoteker, kamu bisa? Kalau bisa, hari rabu berangkat
ke Jakarta yah? Tanya bu guru”
Oke bu, nanti normi bicarakan dulu sama orang tua. Jawabku “
Setelah aku membicarakan ini kepada orang tuaku tak perlu waktu lama, mereka menyetujui nya.
Dengan syarat Bapak harus ikut mengantar.
Pagi sampai di Jakarta, aku langsung bertemu dokter pemilik klinik kecantikan tersebut. Tak
lama di interview, besok pagi aku sudah boleh langsung bekerja. Pada saat aku keluar dari
ruangan aku langsung memberitahu Bapak,
Bapak, Allhamdulillah normi diterima bekerja di sini, besok sudah mulai kerja.
Allhamdulilah … sahut Bapaku senang”
Aku dan bapak sempat berjalan jalan melihat-lihat daerah kos yang nanti akan aku tempati.
Setelah sampai di kos aku beristirahat sejenak. Tapi bapak memilih berjalan-jalan. Sejam berlalu
bapak kembali membawakanku bakso dan nasi padang. Dua makanan itu adalah makanan
kesukaanku.
Makasih pak,..
Ya sama-sama. Jawab bapak dengan tersenyum”
Jam dinding menunjukan pukul 4, bapak pamit kepadaku. Bapak, tidak mau menginap, karena
besok ia harus bekerja. Mataku mulai berkaca-kaca. Hati ini serasa sakit sekali, ingin sekali
tanganku ini menahan bapak. Tak pernah sebelumnya jauh dari keluarga hingga sejauh ini, pergi
main saja tak pernah jauh-jauh. Tapi mulai dari sekarang aku harus belajar mandiri.
Semua keluargaku sudah memberiku kepercayaan, aku harus menjaganya.
Sebelum bapak pergi dari kos, bapak memberi uang 500ribu kepadaku.
Terimakasih bapak, trimakasih untuk semuanya, bapak hati-hati. Nanti kalau sudah sampai
terminal telfon normi. Ujarku” sambil menangis
Ngih normi, normi hati-hati, jangan lupa makan. Jawab bapak”
Hari-hari berlalu begitu cepat, hingga tak terasa sudah dua minggu aku bekerja di klinik M. Tapi
aku mulai tidak nyaman, banyak hal yang membuatku tak nyaman. Salah satunya adalah jika
aku mendapat sift sore aku harus siap pulang sampai larut malam bahkan bisa-bisa sampai jam 2
pagi. Untuk sift sore memang tak ada jam pulang, selama masih ada pasien, aku tak bisa pulang.
Jam 2 pagi aku pulang, harus berjalan kaki, tak ada layanan antar jemput untuk karyawan wanita
dari klinik. Padahal klinik ditempatku bekerja bukanlah tempat yang aman. Banyak kasus
penjambretan, dan pelecehan seksual. Aku mulai memikirkan apa yang sebaiknya harus aku
lakukan?
Esok hari aku mendapat kabar bahagia, aku ditelfon oleh HRD Apotek K’ untuk mengikuti tes
tertulis. Aku bahagia sekaligus binggung. Karena Apotek K’ ada di kota Yogyakarta.
Pertanyaan itu muncul lagi, apa yang sebaiknya aku lakukan?
Akhirnya aku beranikan untuk keluar dari klinik, dengan konsekuensi aku tidak digaji. Walaupun
aku tak digaji, hal ini tak menyurutkan keinginanku untuk pergi ke Jogja.
Sempat tak ada satu orangpun yang mau mengantarku ke terminal, ini karena jika aku keluar,
klinik akan kekurangan tenaga kerja. Tapi setelah aku memohon-mohon, pembantu klinik mau
mengantarkan aku ke terminal. Ia tak mebantuku untuk mencarikan bus yang tepat, bus apa
yang harus aku naiki. Ia hanya mengantarku tepat didepan terminal. Selebihnya, aku harus
melakukannya sendiri. Pada saat itu juga, aku binggung bukan kepalang. Apa uangku cukup
untuk membeli tiket? Bis apa yang harus aku naiki? Aku tak berani mengatakan ini pada
siapapun, aku tak mau orang lain khawatir padaku. Sambil membawa koper besar, kardus dan
tas, aku berjalan perlahan. Aku tak boleh kelihatan binggung, aku tetap tenang. Karna penjahat
akan datang kapan saja. Ada rasa takut didalam hati, karna tak pernah sebelumnya aku pergi ke
Jakarta. Apalagi ini adalah salah satu terminal yang terkenal dengan tindak kejahatannya. Tapi
aku selalu berusaha untuk tenang. Aku yakin aku bisa.
Jogja, jogja, Solo, Semarang, Surabaya … seru bapak penjual tiket.
Ha.. jogja , aku harus cepat cepat membelinya.
Pak 1 tiket berapa ? tanyaku”. 75ribu mbak, jawab bapak penjual tiket.
Saya beli 1 pak, jangan duduk dibelakang yah pak. Pintaku dengan tegas
Alhamdulillah, sudah dapat tiket. Aku harus membeli obat anti mabuk, tapi nanti aku
pasti akan tertidur. Nanti barang-barangku bagaimana? Tapi kalau nanti mabuk perjalanan
bagaimana? Akhirnya aku memilih untuk tidak minum obat antimabuk. Saat diterminal rasanya
ingin sekali bercerita dengan seseorang, tapi aku terlalu takut untuk bertanya dan memulai
mengobrol. Aku takut hal yang tak diinginkan terjadi. Akhirnya aku lebih baik diam sambil
menunggu bus sampai siap untuk berangkat. Sejam berlalu akupun berangkat, seseorang yang
duduk disebelahku adalah seorang laki laki, ia lebih tua dariku, kami mulai mengobrol dan
menceritakan akan kemana, dari mana dan hal-hal lainya. Tapi setelah ia menceritakan bahwa ia
punya jimat di sakunya, aku mulai berhenti bertanya, aku tak menanggapi apa yang ia ceritakan.
Pikiranku sudah campur aduk, mata ngantuk, tapi tak mungkin aku tidur.
Tiba-tiba bis berhenti, entahlah ada apa? Mungkin sopir hendak istirahat mengisi bensin, tapi
setelah aku tenggok dan bertanya kepada sopir ternyata mesin bus mati karna mesin terlalu
panas. Tapi setengah jam kemudian buspun nyala dan bisa melanjutkan perjalanan.
Seorang disebelahku tidur dengan pulasnya, tapi aku bahkan sudah tak ingin tidur, hingga pagi
tiba, sampai di kota Kebumen, bus kembali berhenti mendadak, ternyata kali ini lebih parah,
kami penumpang harus pindah bus. Menunggu cukup lama, akhirnya datang bus yang masih
satu perusahaan. Aku memilih dengan bus ini karena aku sudah tak ada uang lagi, aku juga takut
salah jalan, yang lain banyak yang memilih dengan bus lain ada juga yang pindah dengan travel.
Ternyata bus yang aku tumpangi kali ini berasal dari pulau Sumatra dan menuju ke Surabaya.
Aku duduk ditengah-tengah laki-laki. Pada saat itu rasanya ingin menangis, didalam bus hanya
aku dan ibu yang duduk didepan itu saja yang wanita, selebihnya laki-laki.
Beberapa jam kemudian sang kondektur menghampiriku, dan bertanya
mba turun dimana?
Terminal G bapak. Jawabku” dengan penuh harap, aku cepat sampai.
Aduh mba kita ngak bisa turun diterminal G, nanti mba turun di prambanan saja, terus nunggu
bus patas dari Surabaya, terus mba ikut bus itu, nanti pasti turun di terminal G. jawab bapak
kondektur”
Kali ini pikiranku benar-benar kalut, entahlah.. sekarang aku hanya bisa pasrah dan berdoa
agar aku selamat sampai tujuan. Aku binggung, benar-benar binggung, tapi aku berusaha tetap
tenang. Sesampaiku di Prambanan, aku dibantu untuk turun oleh kondektur, koperku, tas, dan
kardus yang aku bawa. Saat itu hujan sangat lebat, semuanya basah kuyup, aku melepas jaket
yang ku pakai untuk menyelimuti koperku yang berisi baju dan berkas-berkas penting. Seketika
itu juga aku menangis, hujan yang sangat lebat, terdengar suara petir keras sekali, sepi tak
ada orang. Rasanya menyedihkan sekali. Aku berteduh di bekas warung, yang masih ada atap
diatasnya, setidaknya aku bisa berteduh sebentar. Baru sekitar 15 menit, atap warung ambruk,
untung aku cepat keluar. Aku dengan cepat mengambil koper dan barang-barangku. Aku masih
terus menangis dan berdoa, agar hujan segera berhenti, agar aku bisa cepat sampai di Apotek
yang aku tuju.
Hari sudah petang, sudah 4 bus yang lewat tapi tak mau juga berhenti, sampai bus ke lima
akhirnya mau berhenti, akupun masuk kedalam bus dalam kondisi basah kuyup. Bus penuh
sesak, aku menjadi bahan tontonan, karena aku basah kuyup, bajukupun serasa habis dicuci dan
belum diperas, aku kedinginan, kepalaku pusing, dalam kondisi itu aku masih menangis tapi tak
satupun orang tau, karna air mataku bercampur dengan air hujan yang mengalir dari rambutku.
Beberapa menit aku berdiri, aku dipersilakan duduk oleh laki-laki disebelahku, mungkin ia iba
melihat kondisiku..
Mba silakan duduk, saya sebentar lagi sampai kok .. ujar nya ia kepadaku”
Ia mas, trimakasih. Jawabku “
Masih diperjalanan ia tak juga turun, sampai di terminal ternyata ia juga turun diterminal,
padahal lumayan lama ia harus berdiri. Allhamdulillah masih ada orang yang baik yang mau
menolongku.
Sampai di terminal aku memilih ojek untuk mengantarku ke apotek yang akan aku tuju.
Sesampai ku diapotek, lalu aku bercerita dari awal aku akan kesini dan akhirnya sampai, setelah
dihitung aku membutuhkan waktu hampir 2 hari untuk sampai di kota Yogyakarta.
Semua yang mendengarkan ceritaku, tercengang. Salah satu dokter sampai mengatakan,
Untuk seorang pemula kamu sangat berani. Kenapa kamu tidak menghubungi orang rumah untuk
membantumu ke joga? Tanya sang dokter”
Enggak dokter, saya tidak mau orang rumah repot karena saya, apalagi sampai kecewa karena
saya baru bekerja dua minggu disana, saya juga tidak mau keluarga saya khawatir. Jawabku
dengan tegas”
Semua bertanya dengan pertanyaannya masing-masing. Aku seolah-olah sedang diwawancarai
saja. Tapi dalam hatiku aku lega telah melewati semua ini. Semua orang yang aku ceritakan,
mereka bertanya kamu tak apa-apa walaupun dalam kondisi seperti itu? hampir juga semua
mengatakan, kamu wanita kuat.
Yang ada dipikiranku ketika aku dalam kondisi takut, aku harus tetap tenang dan berusaha
tetap berpikiran positif, bahwa aku bisa melewati semuanya, semua ujian yang diberikan Allah
kepadaku.
0 komentar:
Posting Komentar