SAMPAH PLASTIK YANG MEMBERIKAN KEHIDUPAN

Rabu, 30 April 2014



Badannya tinggi besar. Seperti masih terlihat gagah. Tapi jika kau memperhatikan, kau akan

segera tau orang itu sudah tua renta. Beberapa giginya sudah tanggal. Rambutnya putih . Kedua

matanya sayu, namun matanya masih sangat jeli untuk menemukan barang-barang bekas yang

masih layak dijual kepengepul. Jalannya membungkuk, mungkin karena berat memikul barang-
barang bekas dipundaknya. Ditambah lagi ia harus menggendong anaknya didepan. Pakaiannya

kotor dan bau, mungkin ia tak sempat mencucinya. Atau kotor dan bau itu berasal dari barang-
barang bekas yang ia pikul.

Bapak tua itu bernama Pak Bani. Setiap hari ia lewat depan jalan tempatku bekerja untuk

mencari barang barang bekas. Kala itu matahari sangat terik, tanpa menggunakan alas kaki Pak

Bani tetap mencari barang bekas. Ia juga tak pernah memakai penutup kepala untuk sekedar

berlindung dari terik panasnnya sinar matahari. Mungkin kepalanya sudah bersahabat dengan

hawa panas sinar matahari, sedang kakinya juga sudah bersahabat baik dengan panas aspal

Namun ia tak pernah lupa untuk selalu menutupi kepala anaknya mengunakan sejumput

selendang jarit sisa untuk mengendong badan sang anak. Begitu setiap hari, entah sejak kapan

dan akan sampai kapan hal itu akan terus berlangsung.

“ini sudah menjadi jalan hidup saya mba, saya ikhlas menjalani semuanya” Ujar Pak Bani,

sambil mengipasi anaknya yang tertidur didekapannya.

Dulu saya sempat bekerja, tapi semenjak saya sakit paru-paru saya tidak lagi bekerja. Usia saya

sudah tua mbak, anak saya 2 masih kecil-kecil. Ibunya malah pergi entah kemana.”

Sesekali Pak Bani batuk dan memegangi dadanya. Mungkin paru-parunya sakit ketika ia batuk.

Anaknya hanya terdiam. Tatapannya menyedihkan tiap kali melihat sang ayah batuk.

Suatu siang, Pak Bani menghampiri apotek tempatku bekerja. ia mengatakan anaknya sakit,

batuk pilek dan panas. Raut wajahnya mengeriput sedih, matanya berkaca-kaca. Kekhawatiran

tampak sekali diwajahnya.

Mba, anak saya batuk, pilek dan panas. Apa perlu dibawa kedokter mba?

Pakai obat ini saja dulu pak, nanti diminum 3kali sehari semoga cepat sembuh, jadi tidak usah

dibawa kedokter. Ini obatnya dibawa saja pak, tidak usah dibayar “jawabku sambil menyodorkan

obat yang kusarankan.

Trimakasih ya mba ya”

Sama-sama pak, sekarang lebih baik pulang saja pak. Biarkan anaknya tidur istirahat

Kemudian ia meninggalkan apotek. Aku kagum dengan semangat yang dimiliki Pak Bani. Jarak

antara Apotek dengan rumahnya jika dihitung bolak balik sampai 5km. ia harus menggendong

anaknya dan barang-barang bekas yang dipikulnya. Badannya sungguh kuat, untuk seusia Pak

Bani sebenarnya lebih pantas menjadi kakek untuk anak-anaknya.

4hari berselang semenjak Pak Bani ke apotek, ia tak terlihat lewat didepan jalan apotek lagi.

Akhirnya aku putuskan untuk mencari rumah Pak Bani. Bapak pernah memberiku sedikit

gambaran dimana ia tinggal. Bersama seorang sahabat aku mencari rumah Pak Bani. Setelah

beberapa jam berputar-putar dan bertanya kesana-kemari sampailah aku dengan sahabatku

dirumah Pak Bani.

Sampai diambang pintu aku melihat, ini bukan rumah melainkan kamar dan lebih pantas disebut

kamar kos. Depan kamar ada sebuah sumur yang selalu dipakai, sebelahnya ada 3kamar berjajar.

Kebetulan pintu kamar tidak ditutup, dibiarkan terbuka, aku langsung mengucap salam.

Assalamualaikum”,

Walaikumussalam

Masuk mba.. sahut Pak Bani dari dalam”

Aku lihat Pak Bani sedang berbaring diatas kasur kecil dengan selimut untuk menutupi setengah

badannya. Ternyata beliau sedang sakit. Badannya panas, dadanya sakit, dan batuk-batuk.

Untung saja aku membawa beberapa sembako dan obat yang biasa ia konsumsi.

Maaf ya mba, gubuk saya berantakan”

Tidak apa-apa pak, saya mencari bapak juga ingin memastikan keadaan bapak sudah 4hari tidak

terlihat lewat didepan apotek.

Rumah Pak Bani hanya 1 kamar dan dihuni oleh pak Bani dan 2 orang anaknya, hanya ada 1

kasur kecil, beberapa piring dan sendok. Disudut-sudut kamarnya banyak baju berserakan. Tapi

untungnya masih ada TV, walaupun tak sejernih TV zaman sekarang, setidaknya bisa menghibur

Terimakasih ya mba, sudah repot-repot datang kemari. Malah dibawakan makanan dan obat.

Saya tidak bisa menyuguhi apa-apa. Katanya”

“Saya sudah bisa menemukan rumah bapak saja sudah syukur Allahmdulilah pak. Karna sudah

berjam-jam saya berputar-putar untuk mencari rumah bapak. Hehehehe “godaku”

Lalu bapak tidak bekerja?

Saya bekerja mbak, Cuma tidak jauh-jauh. Didekat sini saja. Jawabnya”

Pantas saja Pak Bani lelah, setiap hari ia harus berjalan sejauh 5-6km dan menopang berat yang

dipikulnya, hanya untuk mencari barang bekas. Botol plastik, kaca, kardus dll.

Saya harus bekerja mba, kalau tidak nanti anak saya mau makan apa? Yang penting bisa

beli beras sama kecap. Anak-anak saya sudah terbiasa makan hanya dengan kecap mba.

Alhamdulillah mereka juga tidak rewel.

Terharu, melihat betapa semangatnya Pak Bani berjuang hidup demi anak-anaknya ditengah

kondisinya yang sudah tua renta dan sakit. Tak ada sanak saudara disekelilingnya, tapi ia begitu

semangat untuk bekerja.

“Saya tidak pernah mengeluh dengan apa yang ditakdirkan kepada saya mbak, dengan pekerjaan

saya yang sebagai pemulung, saya juga bisa membantu orang lain dan lingkungan mengurangi

sampah yang tidak mereka pakai, tapi sangat berguna untuk saya. Sekalipun saya tidak bisa

berjalan, saya tidak mau mengemis apa lagi menyuruh anak saya yang mengemis mbak.

Sekalipun saya meninggal, saya yakin Allah akan selalu menjaga anak-anak saya mbak. Dan

semua yang ditakdirkan Allah pasti akan indah pada saatnya nanti mba ”

Iya pak, saya juga percaya Allah akan selalu memberi kakuatan dan jalan untuk umatnya yang

selalu berusaha. Aku terdiam, air mataku menetes, mendengarkan kata-kata yang keluar dari

Seperti yang aku kutip dari syair lagu Esok kan bahagia Ryan D’masiv feat Ariel, giring dan

Hidup yang ku jalani, masalah yang ku hadapi

Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya

Ku kan terus berjuang, ku kan terus bermimpi

Tuk hidup yang lebih baik, tuk hidup yang lebih indah

Dari Pak Bani aku belajar perjuangan hidup harus dihadapi dengan ikhlas supaya segala

sesuatunya terasa ringan. Dan semua yang terjadi pasti ada campur tanggan Allah, jadi kita yang

menjalani harus sabar dan menyerahkan semuanya kepada ALLAH.

KEBUTUHAN LPG MENINGKAT PERTAMINA IMPOR 60% GAS LPG

Sabtu, 26 April 2014

Pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia membuat kebijakan Konversi Minyak Tanah ke LPG. Meski awalnya banyak yang menyangsikan kebijakan ini akan berhasil. Konversi Minyak Tanah ke LPG menjadi fenomena penting program konversi energi di Indonesia. Apalagi, keberhasilan mengubah kebiasaan masyarakat yang turun termurun dari generasi ke generasi menggunakan Minyak Tanah beralih ke LPG bukan sekadar persoalan teknis, namun juga sarat dengan aspek sosial dan budaya.


Sebenarnya, tujuan utama konversi Minyak Tanah ke LPG adalah untuk mengurangi subsidi. Minyak Tanah, yang biaya produksinya setara dengan Avtur (Avtur adalah salah satu jenis bahan bakar berbasis minyak bumi yang berwarna bening hingga kekuning-kuningan, memiliki rentang titik didih antara 145 hingga 300oC, dan digunakan sebagai bakar pesawat terbang), selama ini dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat berpenghasilan rendah yang terkonsentrasi di perdesaan. Sehingga pemerintah memberikan subsidi harga.

Kebijakan yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini cukup membebani keuangan negara. Sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk beralih menggunakan gas LPG.

Sosialisasi Program Pengalihan Minyak Tanah ke LPG yang dilakukan oleh pemerintah, diharapkan mampu membentuk pemahaman masyarakat tentang perlunya beralih ke LPG sehingga terjadi perubahan perilaku masyarakat terhadap pemanfaatan energi yang bersih sebagai pengganti minyak tanah. Melalui Sosialisasi ini, pemerintah berharap masyarakat mau menggunakan LPG sebagai energi alternatif yang terhitung hemat dan bersih 

Namun, dengan kebutuhan LPG yang semakin meningkat ternyata tidak dibarengi dengan kesiapan pemerintah menyuplai kebutuhan LPG dalam negeri. PT Pertamina (Persero) memperkirakan tahun 2014 impor LPG mencapai 4,8-4,9 juta metric ton atau 60 persen dari total kebutuhan. Hal ini terjadi lantaran kilang Pertamina tidak mampu menyuplai kebutuhan LPG yang tiap tahunnya terus meningkat.

"Total impor sekitar 4,8-4,9 juta Metric Ton . Sekitar 60 persen kebutuhan elpji dalam negeri itu didapatkan melalui impor," demikian Vice President Domestic Gas, Gigih Wahyu Hari Iriyanto, di Jakarta, Selasa (22/4).

Gigih menjelaskan, kebutuhan impor LPG 2014 ini meningkat signifikan dibandingkan 2013 yang mencapai 3,3 juta MT atau sekitar 59 persen dari total kebutuhan 5,3 juta MT. Karena Kebutuhan Terus Bertambah, Pemerintah Tidak Bisa menghindari Impor Gas. 

Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo di tempat terpisah mengatakan, Indonesia tidak dapat mengurang impor gas elpiji karena bahan baku gas tidak semua diproduksi oleh negeri sendiri.

 Susilo menjelaskan, komposisi gas LPG terdiri dari C3 atau prophane, dan C4 buthane yang mana tidak semua gas yang diproduksi Indonesia mengandung C3 dan C4 tersebut.

"Jadi produksi gas mau digeber kaya apapun itu karena nggak ada LPG-nya ya nggak bisa,"
Untuk mengatasi hal tersebut, Pertamina perlu segera mengimpor sebanyak 2,82 juta MT gas LPG tahun ini. 

 Gigih menegaskan, dengan impor LPG, perseroan menanggung beban anggaran yang sangat Tinggi. Apalagi harga patokan pembelian dari Saudi Aramco diprediksi naik atau berfluktuasi.

“Jadi,impor sangat memakan biaya. Mau tidak mau, harga Elpiji khsusus yang nonsubsidi itu harus disesuaikan berdasarkan keekonomian sehingga Pertamina tidak mengalami kerugian,”

Sampai kapanpun kebutuhan energi Indonesia akan terus meningkat sejalan dengan tingginya pertumbuhan penduduk. Sementara produksi dan cadangan minyak domestik terus turun tanpa diketahui kapan ada titik balik. Sehingga impor gas LPG yang mahal akan terus meningkat dari tahun ke tahun. 

Di sisi lain, Indonesia mempunyai banyak cadangan dan produksi gas alam, hanya saja karena infrastruktur penyalurannya di dalam negeri minimalis, gas tersebut terus saja di ekspor. Kita yang punya tetapi yang menikmati nilai tambahnya bangsa lain. Pemerintah harus segera menerbitkan kebijakan penggunaan gas bumi. Supaya bangsa ini mempunyai ketahanan energi yang tangguh. Sehingga bangsa Indonesia bisa menikmati gas murah Produksi sendiri untuk ketenagalistrikan, industri, transportasi dan kebutuhan rumah tangga lainnya. (Agus Pambagio, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

• Wahyudi,Albi.(2014).Kebutuhan Terus Bertambah, Pemerintah Tak Bisa Hindari
Impor Gas. Retrieved April 21, 2014 from : http://jaringnews.com/ekonomi/umum/
58152/kebutuhan-terus-bertambah-pemerintah-tak-bisa-hindari-impor-gas

• Marwan,Arbie.(2014).Pertamina: 60 Persen Kebutuhan Elpiji Masih Impor.
Retrieved April 21, 2014 from : http://www.aktual.co/energi/094640pertamina-60-
persen-kebutuhan-elpiji-masih-impor

• Anonim.(2014). 60% LPG Untuk 2014 Didapat dari Impor. Retrieved April
21, 2014 from : http://migasreview.com/60-lpg-untuk-2014-didapat-dari-
impor.html#sthash.SjhmrR7o.dpuf

• Pambagio,Agus.(2013). Politisasi atau Pelintirisasi LPG. Retrieved April 21, 2014
from : http://news.detik.com/read/2014/01/06/102755/2458976/103/3/politisasi-
atau-pelintirisasi-lpg

Lirik Lagu Tata Janeeta – Penipu Hati




Lirik lagu Penipu Hati adalah single terbaru dari Tata Janeta yang dirilis pada tahun 2013,

berikut lirik lengkapnya :

Menurutku sih,, ni lagu cocock banget buat didengerin oleh para korban PHP , hwhahahaha :D
Suara yang dimiliki tata janeta , bikin tambah keren aja ni lagu.
kan serah serak basah gitu men :D

 awalnya sih sulit buat dihafalin tapi karna ngena banget dihati jadi hafal deh :D


Kau katakan kau tak ingin membagi hatimu
Tapi ternyata kau yang ingin menduakan aku

Sedikit banyak aku bisa merasakannya dari sikapnu dari Tingkahmu padaku

Tak usah kau berakting lagi di depan mataku
Berulah-ulah yang tak penting cari perhatianku
Sudah ku putuskan ku kan meninggalkan mu
Agar kau tau aku tak sudi untuk kau sakiti

Reff : 
Sebagai penipu hati kau telah gagal
Membodohi ku seperti yang lain
Andai telat ku sadari ku kan lebih sakit hati
Untung saja lebih cepat ku tau


Sebagai penipu hati kau telah gagal
Membodohi ku seperti yang lain
Andai telat ku sadari ku kan lebih sakit hati
Untung saja lebih cepat ku tau
Andai telat ku sadari ku kan lebih sakit hati
Untung saja lebih cepat ku tau

PEKERJAAN PERTAMA

Selasa, 22 April 2014

Ujian Akhir Nasional akhirnya terlewati, lamanya 4 hari rasanya seperti 1minggu. Tak perlu

waktu lama selang 3 hari setelah ujian, aku dihubungi oleh ibu guru untuk bersiap ke Jakarta.

Normi, klinik kecantikan M butuh Asisten Apoteker, kamu bisa? Kalau bisa, hari rabu berangkat

ke Jakarta yah? Tanya bu guru”

Oke bu, nanti normi bicarakan dulu sama orang tua. Jawabku “

Setelah aku membicarakan ini kepada orang tuaku tak perlu waktu lama, mereka menyetujui nya.

Dengan syarat Bapak harus ikut mengantar.

Pagi sampai di Jakarta, aku langsung bertemu dokter pemilik klinik kecantikan tersebut. Tak

lama di interview, besok pagi aku sudah boleh langsung bekerja. Pada saat aku keluar dari

ruangan aku langsung memberitahu Bapak,

Bapak, Allhamdulillah normi diterima bekerja di sini, besok sudah mulai kerja.

Allhamdulilah … sahut Bapaku senang”

Aku dan bapak sempat berjalan jalan melihat-lihat daerah kos yang nanti akan aku tempati.

Setelah sampai di kos aku beristirahat sejenak. Tapi bapak memilih berjalan-jalan. Sejam berlalu

bapak kembali membawakanku bakso dan nasi padang. Dua makanan itu adalah makanan

kesukaanku.

Makasih pak,..

Ya sama-sama. Jawab bapak dengan tersenyum”

Jam dinding menunjukan pukul 4, bapak pamit kepadaku. Bapak, tidak mau menginap, karena

besok ia harus bekerja. Mataku mulai berkaca-kaca. Hati ini serasa sakit sekali, ingin sekali

tanganku ini menahan bapak. Tak pernah sebelumnya jauh dari keluarga hingga sejauh ini, pergi

main saja tak pernah jauh-jauh. Tapi mulai dari sekarang aku harus belajar mandiri.

Semua keluargaku sudah memberiku kepercayaan, aku harus menjaganya.

Sebelum bapak pergi dari kos, bapak memberi uang 500ribu kepadaku.

Terimakasih bapak, trimakasih untuk semuanya, bapak hati-hati. Nanti kalau sudah sampai

terminal telfon normi. Ujarku” sambil menangis

Ngih normi, normi hati-hati, jangan lupa makan. Jawab bapak”

Hari-hari berlalu begitu cepat, hingga tak terasa sudah dua minggu aku bekerja di klinik M. Tapi

aku mulai tidak nyaman, banyak hal yang membuatku tak nyaman. Salah satunya adalah jika

aku mendapat sift sore aku harus siap pulang sampai larut malam bahkan bisa-bisa sampai jam 2

pagi. Untuk sift sore memang tak ada jam pulang, selama masih ada pasien, aku tak bisa pulang.

Jam 2 pagi aku pulang, harus berjalan kaki, tak ada layanan antar jemput untuk karyawan wanita

dari klinik. Padahal klinik ditempatku bekerja bukanlah tempat yang aman. Banyak kasus

penjambretan, dan pelecehan seksual. Aku mulai memikirkan apa yang sebaiknya harus aku

lakukan?

Esok hari aku mendapat kabar bahagia, aku ditelfon oleh HRD Apotek K’ untuk mengikuti tes

tertulis. Aku bahagia sekaligus binggung. Karena Apotek K’ ada di kota Yogyakarta.

Pertanyaan itu muncul lagi, apa yang sebaiknya aku lakukan?

Akhirnya aku beranikan untuk keluar dari klinik, dengan konsekuensi aku tidak digaji. Walaupun

aku tak digaji, hal ini tak menyurutkan keinginanku untuk pergi ke Jogja.

Sempat tak ada satu orangpun yang mau mengantarku ke terminal, ini karena jika aku keluar,

klinik akan kekurangan tenaga kerja. Tapi setelah aku memohon-mohon, pembantu klinik mau

mengantarkan aku ke terminal. Ia tak mebantuku untuk mencarikan bus yang tepat, bus apa

yang harus aku naiki. Ia hanya mengantarku tepat didepan terminal. Selebihnya, aku harus

melakukannya sendiri. Pada saat itu juga, aku binggung bukan kepalang. Apa uangku cukup

untuk membeli tiket? Bis apa yang harus aku naiki? Aku tak berani mengatakan ini pada

siapapun, aku tak mau orang lain khawatir padaku. Sambil membawa koper besar, kardus dan

tas, aku berjalan perlahan. Aku tak boleh kelihatan binggung, aku tetap tenang. Karna penjahat

akan datang kapan saja. Ada rasa takut didalam hati, karna tak pernah sebelumnya aku pergi ke

Jakarta. Apalagi ini adalah salah satu terminal yang terkenal dengan tindak kejahatannya. Tapi

aku selalu berusaha untuk tenang. Aku yakin aku bisa.

Jogja, jogja, Solo, Semarang, Surabaya … seru bapak penjual tiket.

Ha.. jogja , aku harus cepat cepat membelinya.

Pak 1 tiket berapa ? tanyaku”. 75ribu mbak, jawab bapak penjual tiket.

Saya beli 1 pak, jangan duduk dibelakang yah pak. Pintaku dengan tegas

Alhamdulillah, sudah dapat tiket. Aku harus membeli obat anti mabuk, tapi nanti aku

pasti akan tertidur. Nanti barang-barangku bagaimana? Tapi kalau nanti mabuk perjalanan

bagaimana? Akhirnya aku memilih untuk tidak minum obat antimabuk. Saat diterminal rasanya

ingin sekali bercerita dengan seseorang, tapi aku terlalu takut untuk bertanya dan memulai

mengobrol. Aku takut hal yang tak diinginkan terjadi. Akhirnya aku lebih baik diam sambil

menunggu bus sampai siap untuk berangkat. Sejam berlalu akupun berangkat, seseorang yang

duduk disebelahku adalah seorang laki laki, ia lebih tua dariku, kami mulai mengobrol dan

menceritakan akan kemana, dari mana dan hal-hal lainya. Tapi setelah ia menceritakan bahwa ia

punya jimat di sakunya, aku mulai berhenti bertanya, aku tak menanggapi apa yang ia ceritakan.

Pikiranku sudah campur aduk, mata ngantuk, tapi tak mungkin aku tidur.

Tiba-tiba bis berhenti, entahlah ada apa? Mungkin sopir hendak istirahat mengisi bensin, tapi

setelah aku tenggok dan bertanya kepada sopir ternyata mesin bus mati karna mesin terlalu

panas. Tapi setengah jam kemudian buspun nyala dan bisa melanjutkan perjalanan.

Seorang disebelahku tidur dengan pulasnya, tapi aku bahkan sudah tak ingin tidur, hingga pagi

tiba, sampai di kota Kebumen, bus kembali berhenti mendadak, ternyata kali ini lebih parah,

kami penumpang harus pindah bus. Menunggu cukup lama, akhirnya datang bus yang masih

satu perusahaan. Aku memilih dengan bus ini karena aku sudah tak ada uang lagi, aku juga takut

salah jalan, yang lain banyak yang memilih dengan bus lain ada juga yang pindah dengan travel.

Ternyata bus yang aku tumpangi kali ini berasal dari pulau Sumatra dan menuju ke Surabaya.

Aku duduk ditengah-tengah laki-laki. Pada saat itu rasanya ingin menangis, didalam bus hanya

aku dan ibu yang duduk didepan itu saja yang wanita, selebihnya laki-laki.

Beberapa jam kemudian sang kondektur menghampiriku, dan bertanya

 mba turun dimana?

Terminal G bapak. Jawabku” dengan penuh harap, aku cepat sampai.

Aduh mba kita ngak bisa turun diterminal G, nanti mba turun di prambanan saja, terus nunggu

bus patas dari Surabaya, terus mba ikut bus itu, nanti pasti turun di terminal G. jawab bapak

kondektur”

Kali ini pikiranku benar-benar kalut, entahlah.. sekarang aku hanya bisa pasrah dan berdoa

agar aku selamat sampai tujuan. Aku binggung, benar-benar binggung, tapi aku berusaha tetap

tenang. Sesampaiku di Prambanan, aku dibantu untuk turun oleh kondektur, koperku, tas, dan

kardus yang aku bawa. Saat itu hujan sangat lebat, semuanya basah kuyup, aku melepas jaket

yang ku pakai untuk menyelimuti koperku yang berisi baju dan berkas-berkas penting. Seketika

itu juga aku menangis, hujan yang sangat lebat, terdengar suara petir keras sekali, sepi tak

ada orang. Rasanya menyedihkan sekali. Aku berteduh di bekas warung, yang masih ada atap

diatasnya, setidaknya aku bisa berteduh sebentar. Baru sekitar 15 menit, atap warung ambruk,

untung aku cepat keluar. Aku dengan cepat mengambil koper dan barang-barangku. Aku masih

terus menangis dan berdoa, agar hujan segera berhenti, agar aku bisa cepat sampai di Apotek

yang aku tuju.

Hari sudah petang, sudah 4 bus yang lewat tapi tak mau juga berhenti, sampai bus ke lima

akhirnya mau berhenti, akupun masuk kedalam bus dalam kondisi basah kuyup. Bus penuh

sesak, aku menjadi bahan tontonan, karena aku basah kuyup, bajukupun serasa habis dicuci dan

belum diperas, aku kedinginan, kepalaku pusing, dalam kondisi itu aku masih menangis tapi tak

satupun orang tau, karna air mataku bercampur dengan air hujan yang mengalir dari rambutku.

Beberapa menit aku berdiri, aku dipersilakan duduk oleh laki-laki disebelahku, mungkin ia iba

melihat kondisiku..

Mba silakan duduk, saya sebentar lagi sampai kok .. ujar nya ia kepadaku”

Ia mas, trimakasih. Jawabku “

Masih diperjalanan ia tak juga turun, sampai di terminal ternyata ia juga turun diterminal,

padahal lumayan lama ia harus berdiri. Allhamdulillah masih ada orang yang baik yang mau

menolongku.

Sampai di terminal aku memilih ojek untuk mengantarku ke apotek yang akan aku tuju.

Sesampai ku diapotek, lalu aku bercerita dari awal aku akan kesini dan akhirnya sampai, setelah

dihitung aku membutuhkan waktu hampir 2 hari untuk sampai di kota Yogyakarta.

Semua yang mendengarkan ceritaku, tercengang. Salah satu dokter sampai mengatakan,

Untuk seorang pemula kamu sangat berani. Kenapa kamu tidak menghubungi orang rumah untuk

membantumu ke joga? Tanya sang dokter”

Enggak dokter, saya tidak mau orang rumah repot karena saya, apalagi sampai kecewa karena

saya baru bekerja dua minggu disana, saya juga tidak mau keluarga saya khawatir. Jawabku

dengan tegas”

Semua bertanya dengan pertanyaannya masing-masing. Aku seolah-olah sedang diwawancarai

saja. Tapi dalam hatiku aku lega telah melewati semua ini. Semua orang yang aku ceritakan,

mereka bertanya kamu tak apa-apa walaupun dalam kondisi seperti itu? hampir juga semua

mengatakan, kamu wanita kuat.

Yang ada dipikiranku ketika aku dalam kondisi takut, aku harus tetap tenang dan berusaha

tetap berpikiran positif, bahwa aku bisa melewati semuanya, semua ujian yang diberikan Allah

kepadaku.

Ketegasan Orang tua buatku Tegas dengan Pergaulan Hidupku !

Bu, nanti aku main kerumah siska yah? Kan malem minggu. Tanyaku”

Tidak usah, dirumah saja, belajar atau main sama adek mu itu. Jawab ibuku ketus.

Dari aku kecil hingga saat aku berusia 17tahun, aku memang tak pernah bisa bermain kesana

kesini dengan mudah. Iri rasanya saat temanku bercerita ia habis bermain kesana kesini

dengan temannya, atau bahkan mereka habis bermain dengan cowok yang baru ia kenal.

Terkadang hal itu membuatku iri, mendengar perbincangan mereka yang kelihatannya asik

kalau saja aku juga berada ditengah-tengah mereka, bermain dengan mereka pasti aku juga

akan sebahagia mereka.

Tapi kenyataannya aku tak bisa merasakannya. Setiap aku pengen hang out sama teman, eh

ortu terutama ibuku, ia menghalangiku dengan seribu alasan. Alasannya takut aku diculik,

takut terpengaruh bermain sama temen yang ngak jelas, main sama anak-anak nakal.

Sewaktu masih duduk dibangku sekolah dasar aku mempunyai teman yang tinggal tak jauh

dengan rumahku. Tapi karena daerah kampungnya terkenal dengan anak-anak yang nakal,

banyak pemabuk, pencuri tinggal dikampung temanku itu.

Hal itu membuat ibuku sangat posesif dengan pergaulanku. Jadi dari kecil aku sudah diatur

pergaulannya dengan siapa saja aku boleh bergaul. Hingga aku beranjak remaja hal itu masih

diberlakukan untukku.

Tapi entah kenapa semakin ibuku mengekang hal ini malah membuat aku terus

memberontak. Bentuk pemberontakan itu seperti, pulang sekolah nggak tepat waktu,

akhirnya aku sering bohong, bilangnya belajar kelompok, padahal aku main sama temen.

Sampai pernah membolos hanya karena ingin main. Pada waktu itu, masa dimana facebook,

sangat membuming dan “facebookan” itu sangat membuatku ketagihan. Setiap hari ke

warnet hanya untuk sekedar facebookan, dan kebetulan aku mempunyai handpone yang aku

beli dari tabunganku sendiri karena semakin banyak teman facebook yang meminta nomer

handphoneku.

Awalnya orang tua sempat tak setuju untuk apa aku memegang handphone kan belum

terlalu penting. Tapi karena temanku banyak yang punya, akhirnya aku diperbolehkan untuk

menggunakanya.

Hingga suatu hari, saat aku berumur 15tahun tepat dihari ulang tahunku. Aku merencanakan

suatu acara dihari ulang tahunku. Kebetulan aku juga mendapatkan teman baru dari

Facebook. Dia seorang pria, aku senang sekali bisa berkenalan dengan dia. Kita SMSan,

telfon, sampai aku lupa belajar. Dan dihari ulang tahunku, ia ingin bertemu dan menjanjikan

memberikan sesuatu. Baru membayangkan saja, aku sudah sangat senang, apalagi nanti

sampai bisa jalan dengan pria itu.

“aaa, hadiah apa yah yang akan dia kasih untukku? Tanyaku dalam hati.

Entah kenapa hari itu mendung, aku berdoa semoga enggak hujan dan bisa jalan-jalan dengan

pria itu. Beberapa saat kemudian handphoneku berbunyi, ternyata itu adalah nada sms yang

datangnya dari pria itu. Mukaku merah merona ketika mendapat sms dari dia bahwa ia sudah

sampai diujung jalan rumahku. Ia tak mau menjemputku didepan rumah, tapi benar saja nanti

kalau dia jemput aku didepan rumah mungkin aku tak diperbolehkan pergi oleh orangtuaku.

Tapi belum sempat aku merealisasikan bayanganku tadi, aku mendapat hadiah yang tak

terduga dari ayahku. Aku dipukul dengan menggunakan kursi plastik yang biasa untuk

duduk ayahku. Karena aku ketahuan mengendap-endap mau keluar rumah. Hal itu sangat

membuatku benci dengan ayah. Kenapa ayah sampai sekasar itu kepadaku? Akukan hanya

ingin bermain dengan teman-temanku. Lagi pula hari itu adalah hari ulang tahunku. Kenapa

tak diberi kelonggaran sedikit saja untuk bermain.

Sudah dibilangin tidak usah main!! Diluar juga akan hujan, mainnya besok saja. Lagian

kenapa juga harus diam-diam tidak pamit!! Apa ayah mengajarkan kamu seperti itu” kata

ayah sambil memarahiku.

Tapi kan ini hari ulang tahunku yah, kalau ijin main pasti tidak boleh” jawabku

Aku menangis hingga lemas. Ibuku berusaha menahan ayah supaya tidak marah lagi

kepadaku.

Kamu, masuk kamar !” sahut ibu.

Akhirnya aku mengirim sms ke pria itu, bahwa aku tidak bisa datang. Teman-teman

sekolahku juga sudah ku beritahu, kalau acara ini tidak jadi. Banyak yang bertanya kenapa

tidak jadi?

Tapi aku diam.

Setelah beberapa hari berlalu aku masih saja diam dengan ayahku. aku ditegur oleh ibu,

kenapa tidak menyapa ayah. Aku masih marah dengan kejadian itu, tapi ibuku dengan lembut

menjelaskan kenapa ayah bertindak demikian.

Ayah marah karena, ayah takut terjadi apa-apa denganmu, banyak kasus penculikan diluar

sana. Itu juga karena kurang kontrol dari orang tua. Kamu anak cewek satu-satunya. Cewek

itu kan beda dengan cowok, cewek harus bisa jaga diri. Banyak kasus penculikan yang

awalnya karena berkenalan di facebook dan jejaring sosial lainnya. Kalau itu teman yang

baik, seharusnyakan jemputnya didepan rumah, bukan diujung jalan. Jadi ayah marah karena

ada sebabnya, ayah emang keras, tapi ayah juga sangat menyayangi kamu. Begitu juga

dengan ibu.

Sampai saat ini, nasehat itu masih teringat jelas dibenakku. Dari kejadian itu juga aku

belajar, orang tuaku sangat melindungiku, jadi hingga sampai saat ini juga aku sangat tegas

dengan pergaulanku. Berteman dengan siapapun tanpa memandang status ataupun sifat. Tapi

pergaulan harus tetap ada batasannya.

Hingga umurku yang sekarang 19tahun aku masih berusaha memegang teguh nasehat orang

tua walaupun dulu pernah memanfaatkan kebebasan ini dengan melakukan semua hal yang

dulu aku inginkan. Temanku banyak, banyak yang nakal banyak juga yang baik.

Kota Yogyakarta yang mengenalkan aku dengan berbagai kehidupan mahasiswa yang

beragam. Sekarang aku tak ada kontrol apapun dari orang tua, orang tua tak akan terus

memantauku seperti dulu. Tapi kini aku yang mengontrol diriku sendiri. Awalnya sangat

sulit karena teman banyak yang mengajakku dengan segala hal yang berbau kesenangan dan

kebebasan yang dulu tak pernah aku nikmati dan sekarang lah waktunya”.

Disini aku temukan kebebasan tanpa kekangan orang tua, tanpa harus mengendap-endap,

tanpa harus mendengarkan omelan ayah, dan aku bisa melakukan apapun yang aku mau

disini di Yogyakarta.

Semua teman-temanku yang berbagi cerita denganku juga dulu karena awalnya dikekang

oleh orang tua, yang dulunya ingin merasakan kebebasan seperti ini dan masih terkendala

kontrol orang tua, dan sekarang mereka telah menemukan kebebasan. Tapi ngak sedikit juga

yang bercerita karena memang orang tuanya tidak memeperhatikan pergaulannya, berteman

dengan siapapun, pulang jam berapa pun mereka tak dimarahi. Kini mereka memanfaatkan

kebebasan itu dengan bersenang-senang, menghabiskan uang bulanan, clubbing, merokok,

bilyard, membolos kuliah dan masih banyak lagi lainnya.

Beberapa kali aku ikut dengan mereka, dunia malam yang sangat gemerlap dan sangat

menyenangkan. Keahlianku bermain bilyard mulai terasah hingga aku mulai merasa

ketagihan. Sepulangku dari tempat kerja, teman-temanku sudah menunggu didepan tempat

kerjaku untuk menjemputku menuju tempat bilyard biasa kita bermain. Malam hingga jam 3

pagi aku baru bisa pulang dan itu berlangsung cukup lama.

Aku bersyukur aku hanya mengenal bilyard karna aku hanya ingin mengenal dunia malam

seperti apa dan aku masih mengingat nasehat ayah dan ibu untuk tetap menjaga pergaulanku,

meskipun kini aku masuk didalam dunia yang orang tua ku maksud. Sempat berpikir ingin

terus seperti ini. Tapi pada suatu waktu, saat aku pulang kerumah. Saat itu hanya ada aku dan

ibuku. Dihalaman rumah aku dan ibu menatap laut sore, yang sunsetnya begitu indah. Tiba-
tiba ibu mengingatkan kata-kata ibu yang pernah ibu ucap dulu sewaktu aku marah dengan

ayah karena ayah telah memukulku.

Mba, masih ingat kejadian ulang tahunmu yang akhirnya ayah marah dan memukulmu

dengan kursi? Tanya ibu.

Tatapan matanya lembut, tanngannya memegang tangganku seakan meyakinkan

pertanyaanya.

Iya bu masih ingat, kenapa? Jawabku”

Masih ingat apa yang ibu katakan kepadamu?

Mbak, sekarang kamu sudah besar, adik mu butuh panutan untuk dijadikan contoh yang baik.

Pergaulan jaman sekarang sangat mengerikan, dari mulai hamil diluar nikah, perempuan

merokok, mabuk, hura-hura. Kalau sampai hal itu terjadi padamu, apa yang harus ayah dan

ibu lakukan? Tanya ibu”

Ibu dan ayah boleh memarahi ku boleh memukulku lagi” jawabku mantap

Lalu apa kekerasan akan menyelesaikan semuanya? Bukankah pikirnamu dulu sewaktu anak

gadis mama ini masih kecil, dengan sekarang anak gadis ibu yang sudah dewasa, apa masih

sama pemikirannya? Tidak kan?

Ibu dan ayah akan menangis, bukan karna kelakuanmu tapi ayah dan ibu, sudah gagal

mendidik kamu sebagai anak gadis kami yang baik. Kamu pasti tahu apa yang ibu maksud,

ibu dan ayah memang tak bisa menjagamu setiap saat tapi ibu akan menitipkan kamu ke

Allah. Dan Allah yang maha tahu dengan semua yang kamu lakukan.

Aku menangis, aku tak sanggup berkata-kata apa-apa lagi. Mulut serasa terbungkam. Hati

rasanya terasa teriris-iris perih sekali. Apa yang telah aku perbuat selama ini. Dan sejak

saat itu aku mulai perlahan meninggalkan dunia malam itu. Dan akhirnya sekarang, sama

sekali aku tak mau melihat kebelakang dan tak mau mengulang lagi masa lalu itu. Dan tak

ada gunanya. Namun, aku tidak pernah menjauhi temna-temanku, hanya saja aku selalu

berusaha untuk tegas dengan semua pergaulannku. Berteman dengan siapapun tapi tidak

untuk pergaulannya. Tetap harus ada batasannya.

Sampai saat ini aku masih berteman dengan mereka. Dan untuk kelonggaran waktu dan

kebebasan ini aku akan menggunakannya untuk berprestasi. Hingga kini dan sampai nantinya

aku mempunyai anak entah laki-laki ataupun perempuan aku ingin mendidik mereka seperti

orang tuaku mendidikku. Karena perilaku juga dibentuk oleh didikan orang tua. Pergaulan

juga tergantung orang tua yang mengontrol atau malah memberikan kebebasan sepenuhnya

kepada anak. Semua ini karena ketegasan orang tuaku membuat aku tegas dengan

pergaulannku, ketegasan ini pula yang menjagaku, menjaga harga diri dan kehormatanku.

Terimakasih tiada terhingga kepada orang tuaku. Aku berjanji akan mengganti, setiap tetesan

keringat ibu dan ayah dengan tetesan air mata kebahagiaan karena bahagia bisa mempunyai

anak sepertiku dengan didikan tangan engkau Ayah Ibu :)