Ketegasan Orang tua buatku Tegas dengan Pergaulan Hidupku !

Selasa, 22 April 2014

Bu, nanti aku main kerumah siska yah? Kan malem minggu. Tanyaku”

Tidak usah, dirumah saja, belajar atau main sama adek mu itu. Jawab ibuku ketus.

Dari aku kecil hingga saat aku berusia 17tahun, aku memang tak pernah bisa bermain kesana

kesini dengan mudah. Iri rasanya saat temanku bercerita ia habis bermain kesana kesini

dengan temannya, atau bahkan mereka habis bermain dengan cowok yang baru ia kenal.

Terkadang hal itu membuatku iri, mendengar perbincangan mereka yang kelihatannya asik

kalau saja aku juga berada ditengah-tengah mereka, bermain dengan mereka pasti aku juga

akan sebahagia mereka.

Tapi kenyataannya aku tak bisa merasakannya. Setiap aku pengen hang out sama teman, eh

ortu terutama ibuku, ia menghalangiku dengan seribu alasan. Alasannya takut aku diculik,

takut terpengaruh bermain sama temen yang ngak jelas, main sama anak-anak nakal.

Sewaktu masih duduk dibangku sekolah dasar aku mempunyai teman yang tinggal tak jauh

dengan rumahku. Tapi karena daerah kampungnya terkenal dengan anak-anak yang nakal,

banyak pemabuk, pencuri tinggal dikampung temanku itu.

Hal itu membuat ibuku sangat posesif dengan pergaulanku. Jadi dari kecil aku sudah diatur

pergaulannya dengan siapa saja aku boleh bergaul. Hingga aku beranjak remaja hal itu masih

diberlakukan untukku.

Tapi entah kenapa semakin ibuku mengekang hal ini malah membuat aku terus

memberontak. Bentuk pemberontakan itu seperti, pulang sekolah nggak tepat waktu,

akhirnya aku sering bohong, bilangnya belajar kelompok, padahal aku main sama temen.

Sampai pernah membolos hanya karena ingin main. Pada waktu itu, masa dimana facebook,

sangat membuming dan “facebookan” itu sangat membuatku ketagihan. Setiap hari ke

warnet hanya untuk sekedar facebookan, dan kebetulan aku mempunyai handpone yang aku

beli dari tabunganku sendiri karena semakin banyak teman facebook yang meminta nomer

handphoneku.

Awalnya orang tua sempat tak setuju untuk apa aku memegang handphone kan belum

terlalu penting. Tapi karena temanku banyak yang punya, akhirnya aku diperbolehkan untuk

menggunakanya.

Hingga suatu hari, saat aku berumur 15tahun tepat dihari ulang tahunku. Aku merencanakan

suatu acara dihari ulang tahunku. Kebetulan aku juga mendapatkan teman baru dari

Facebook. Dia seorang pria, aku senang sekali bisa berkenalan dengan dia. Kita SMSan,

telfon, sampai aku lupa belajar. Dan dihari ulang tahunku, ia ingin bertemu dan menjanjikan

memberikan sesuatu. Baru membayangkan saja, aku sudah sangat senang, apalagi nanti

sampai bisa jalan dengan pria itu.

“aaa, hadiah apa yah yang akan dia kasih untukku? Tanyaku dalam hati.

Entah kenapa hari itu mendung, aku berdoa semoga enggak hujan dan bisa jalan-jalan dengan

pria itu. Beberapa saat kemudian handphoneku berbunyi, ternyata itu adalah nada sms yang

datangnya dari pria itu. Mukaku merah merona ketika mendapat sms dari dia bahwa ia sudah

sampai diujung jalan rumahku. Ia tak mau menjemputku didepan rumah, tapi benar saja nanti

kalau dia jemput aku didepan rumah mungkin aku tak diperbolehkan pergi oleh orangtuaku.

Tapi belum sempat aku merealisasikan bayanganku tadi, aku mendapat hadiah yang tak

terduga dari ayahku. Aku dipukul dengan menggunakan kursi plastik yang biasa untuk

duduk ayahku. Karena aku ketahuan mengendap-endap mau keluar rumah. Hal itu sangat

membuatku benci dengan ayah. Kenapa ayah sampai sekasar itu kepadaku? Akukan hanya

ingin bermain dengan teman-temanku. Lagi pula hari itu adalah hari ulang tahunku. Kenapa

tak diberi kelonggaran sedikit saja untuk bermain.

Sudah dibilangin tidak usah main!! Diluar juga akan hujan, mainnya besok saja. Lagian

kenapa juga harus diam-diam tidak pamit!! Apa ayah mengajarkan kamu seperti itu” kata

ayah sambil memarahiku.

Tapi kan ini hari ulang tahunku yah, kalau ijin main pasti tidak boleh” jawabku

Aku menangis hingga lemas. Ibuku berusaha menahan ayah supaya tidak marah lagi

kepadaku.

Kamu, masuk kamar !” sahut ibu.

Akhirnya aku mengirim sms ke pria itu, bahwa aku tidak bisa datang. Teman-teman

sekolahku juga sudah ku beritahu, kalau acara ini tidak jadi. Banyak yang bertanya kenapa

tidak jadi?

Tapi aku diam.

Setelah beberapa hari berlalu aku masih saja diam dengan ayahku. aku ditegur oleh ibu,

kenapa tidak menyapa ayah. Aku masih marah dengan kejadian itu, tapi ibuku dengan lembut

menjelaskan kenapa ayah bertindak demikian.

Ayah marah karena, ayah takut terjadi apa-apa denganmu, banyak kasus penculikan diluar

sana. Itu juga karena kurang kontrol dari orang tua. Kamu anak cewek satu-satunya. Cewek

itu kan beda dengan cowok, cewek harus bisa jaga diri. Banyak kasus penculikan yang

awalnya karena berkenalan di facebook dan jejaring sosial lainnya. Kalau itu teman yang

baik, seharusnyakan jemputnya didepan rumah, bukan diujung jalan. Jadi ayah marah karena

ada sebabnya, ayah emang keras, tapi ayah juga sangat menyayangi kamu. Begitu juga

dengan ibu.

Sampai saat ini, nasehat itu masih teringat jelas dibenakku. Dari kejadian itu juga aku

belajar, orang tuaku sangat melindungiku, jadi hingga sampai saat ini juga aku sangat tegas

dengan pergaulanku. Berteman dengan siapapun tanpa memandang status ataupun sifat. Tapi

pergaulan harus tetap ada batasannya.

Hingga umurku yang sekarang 19tahun aku masih berusaha memegang teguh nasehat orang

tua walaupun dulu pernah memanfaatkan kebebasan ini dengan melakukan semua hal yang

dulu aku inginkan. Temanku banyak, banyak yang nakal banyak juga yang baik.

Kota Yogyakarta yang mengenalkan aku dengan berbagai kehidupan mahasiswa yang

beragam. Sekarang aku tak ada kontrol apapun dari orang tua, orang tua tak akan terus

memantauku seperti dulu. Tapi kini aku yang mengontrol diriku sendiri. Awalnya sangat

sulit karena teman banyak yang mengajakku dengan segala hal yang berbau kesenangan dan

kebebasan yang dulu tak pernah aku nikmati dan sekarang lah waktunya”.

Disini aku temukan kebebasan tanpa kekangan orang tua, tanpa harus mengendap-endap,

tanpa harus mendengarkan omelan ayah, dan aku bisa melakukan apapun yang aku mau

disini di Yogyakarta.

Semua teman-temanku yang berbagi cerita denganku juga dulu karena awalnya dikekang

oleh orang tua, yang dulunya ingin merasakan kebebasan seperti ini dan masih terkendala

kontrol orang tua, dan sekarang mereka telah menemukan kebebasan. Tapi ngak sedikit juga

yang bercerita karena memang orang tuanya tidak memeperhatikan pergaulannya, berteman

dengan siapapun, pulang jam berapa pun mereka tak dimarahi. Kini mereka memanfaatkan

kebebasan itu dengan bersenang-senang, menghabiskan uang bulanan, clubbing, merokok,

bilyard, membolos kuliah dan masih banyak lagi lainnya.

Beberapa kali aku ikut dengan mereka, dunia malam yang sangat gemerlap dan sangat

menyenangkan. Keahlianku bermain bilyard mulai terasah hingga aku mulai merasa

ketagihan. Sepulangku dari tempat kerja, teman-temanku sudah menunggu didepan tempat

kerjaku untuk menjemputku menuju tempat bilyard biasa kita bermain. Malam hingga jam 3

pagi aku baru bisa pulang dan itu berlangsung cukup lama.

Aku bersyukur aku hanya mengenal bilyard karna aku hanya ingin mengenal dunia malam

seperti apa dan aku masih mengingat nasehat ayah dan ibu untuk tetap menjaga pergaulanku,

meskipun kini aku masuk didalam dunia yang orang tua ku maksud. Sempat berpikir ingin

terus seperti ini. Tapi pada suatu waktu, saat aku pulang kerumah. Saat itu hanya ada aku dan

ibuku. Dihalaman rumah aku dan ibu menatap laut sore, yang sunsetnya begitu indah. Tiba-
tiba ibu mengingatkan kata-kata ibu yang pernah ibu ucap dulu sewaktu aku marah dengan

ayah karena ayah telah memukulku.

Mba, masih ingat kejadian ulang tahunmu yang akhirnya ayah marah dan memukulmu

dengan kursi? Tanya ibu.

Tatapan matanya lembut, tanngannya memegang tangganku seakan meyakinkan

pertanyaanya.

Iya bu masih ingat, kenapa? Jawabku”

Masih ingat apa yang ibu katakan kepadamu?

Mbak, sekarang kamu sudah besar, adik mu butuh panutan untuk dijadikan contoh yang baik.

Pergaulan jaman sekarang sangat mengerikan, dari mulai hamil diluar nikah, perempuan

merokok, mabuk, hura-hura. Kalau sampai hal itu terjadi padamu, apa yang harus ayah dan

ibu lakukan? Tanya ibu”

Ibu dan ayah boleh memarahi ku boleh memukulku lagi” jawabku mantap

Lalu apa kekerasan akan menyelesaikan semuanya? Bukankah pikirnamu dulu sewaktu anak

gadis mama ini masih kecil, dengan sekarang anak gadis ibu yang sudah dewasa, apa masih

sama pemikirannya? Tidak kan?

Ibu dan ayah akan menangis, bukan karna kelakuanmu tapi ayah dan ibu, sudah gagal

mendidik kamu sebagai anak gadis kami yang baik. Kamu pasti tahu apa yang ibu maksud,

ibu dan ayah memang tak bisa menjagamu setiap saat tapi ibu akan menitipkan kamu ke

Allah. Dan Allah yang maha tahu dengan semua yang kamu lakukan.

Aku menangis, aku tak sanggup berkata-kata apa-apa lagi. Mulut serasa terbungkam. Hati

rasanya terasa teriris-iris perih sekali. Apa yang telah aku perbuat selama ini. Dan sejak

saat itu aku mulai perlahan meninggalkan dunia malam itu. Dan akhirnya sekarang, sama

sekali aku tak mau melihat kebelakang dan tak mau mengulang lagi masa lalu itu. Dan tak

ada gunanya. Namun, aku tidak pernah menjauhi temna-temanku, hanya saja aku selalu

berusaha untuk tegas dengan semua pergaulannku. Berteman dengan siapapun tapi tidak

untuk pergaulannya. Tetap harus ada batasannya.

Sampai saat ini aku masih berteman dengan mereka. Dan untuk kelonggaran waktu dan

kebebasan ini aku akan menggunakannya untuk berprestasi. Hingga kini dan sampai nantinya

aku mempunyai anak entah laki-laki ataupun perempuan aku ingin mendidik mereka seperti

orang tuaku mendidikku. Karena perilaku juga dibentuk oleh didikan orang tua. Pergaulan

juga tergantung orang tua yang mengontrol atau malah memberikan kebebasan sepenuhnya

kepada anak. Semua ini karena ketegasan orang tuaku membuat aku tegas dengan

pergaulannku, ketegasan ini pula yang menjagaku, menjaga harga diri dan kehormatanku.

Terimakasih tiada terhingga kepada orang tuaku. Aku berjanji akan mengganti, setiap tetesan

keringat ibu dan ayah dengan tetesan air mata kebahagiaan karena bahagia bisa mempunyai

anak sepertiku dengan didikan tangan engkau Ayah Ibu :)

0 komentar: