Jumat, 21 Maret 2014
Naurmi Rojab Destiya (Fakultas Psikologi)
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Penulis
ingin mengutarakan bagaimana seorang siswa dapat mengalami stress dikarenakan
adanya tekanan dari pihak orang tua. Kemajuan zaman yang semakin modern dan
maju, membuat persaingan semakin ketat. Hanya individu-individu dengan kualitas
terbaik dan tangguh yang akan berhasil melewati tantangan zaman ini.
Salah
satu bidang yang masih dipercaya mampu digunakan untuk menjawab tantangan
tersebut adalah pendidikan. Keadaan ini membuat pihak orang tua memberikan
tuntutan yang harus dipenuhi agar anak dapat menjadi individu yang berkualitas.
Tapi terkadang orang tua tidak bisa membedakan mana kebutuhan berprestasi agar
sang anak bisa menjadi individu berkualitas, dan mana hal yang menjadikan hal
ini menjadi sebuah Tekanan. Salah satu contoh anak yang sudah beprestasi tapi
karena belum mencapai sempurna, belum juara 1 atau peringkat 1. Terus dituntut
untuk mencapai sempurna, orang tua tidak menghargai kerja keras anak dan terus
menuntut. Tekanan inilah yang dapat mengakibatkan siswa menjadi stress.
Tuntutan Orag tua Menyebabkan Anak Stress |
Hal ini
diperkuat dengan adanya definisi stress sebagai situasi karakteristik
lingkungan yang memiliki efek ancaman atau tekanan bagi individu yang melebihi
kemampuan mereka (syle, 1956 dalam scoufis, 1993). Ketika tuntutan orang tua
menjadikan tekanan bagi sang anak, tindakan yang akan dilakukan seperti
mencontek, menyuruh teman untuk mengerjakan tugasnya, belajar hingga larut
malam, berlatih tanpa mengenal waktu. Sikap ini lah yang mulai membuat siswa
stress.
Anak
yang mempunyai tekanan seperti ini biasanya dialami oleh keluarga Upper class.
Upper class dimana orang tua mereka dari keluarga yang disegani, dan bekerja
pada sosial yang prestis, ini adalah golongan kelas sosial yang paling tinggi (
Notosoedirjo & Latipun, 2001). Menurut penulis kebanyakan orang tua
menuntut anak hanya karena ingin menjaga reputasi dan nama baik diri mereka
sendiri maupun keluarga karena mereka berasal dari keluarga yang disegani dan
prestis.
Jika
ini terjadi terus menerus, anak akan mengalami sampai pada tahap collapse
dimana sumber tubuh tidak sanggup untuk toleran terhadap stress. Walaupun
keadaan stress reda, individu tampak seperti memiliki gejala sakit
(Scoufis,1993). Tanda-tanda yang akan terjadi, nyeri kepala, mual, muntah dan sakit fisik lainnya. Bahkan pada kesehatan
mentalnya juaga akan terganggu, sebagai contoh dalam keadaan frustasi yang
menumpuk akan membuat tingkah laku anak cenderung kearah sifat-sifat asocial
dan tidak jarang anak melarikan diri, bersikap agresif (Notosoedirjo & Latipun,2001)
Menurut
penulis masalah seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi karena anak
membutuhkan dukungan ungkapan kasih sayang bukan tuntutan yang terus di
ungkapkan oleh orang tua. Manusia juga memiliki kebutuhan penghargaan sebagai
yang dikemukakan oleh Maslow bahwa pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus
pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga (Sobur,2003).
Dimana semua kerja keras yang dilakukan oleh siswa atau setiap individu
membutuhkan penghargaan.
Penghargaan
itu bukan serta merta berupa piala atau reward tapi berupa pujian dan pengakuan
dari keluarga dan lingkungannya. Hal ini justru akan menjadikan individu lebih
termotivasi untuk lebih maju. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memupuk
rasa percaya diri, dan menghilangkan tuntutan dengan pujian dan motivasi.
Karena hal itu akan membuat anak merasa dihargai dan dicintai.
Dengan
artikel ini, penulis menarik kesimpulan, peran orang tua dalam mendidik anak
sangatlah penting, karena rasa percaya diri anak akan tumbuh ketika semua kerja
keras anak dihargai dan mendapat motivasi dari orang tua untuk terus lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
·
Scoufis M. (1993). Stress and Coping. In
McWaltrers, M (Revised Edition), Understanding Psychology (pp 206-224). NSW:
McGraw-Hill.
·
Notosoedirjo & Latipun. (2001). Kesehatan
Mental Konsep & Penerapannya. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
·
Sobur Alex. (2003). Psikologi Umum dan Lintas
Sejarah. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
0 komentar:
Posting Komentar