MASALAH SOSIAL DALAM KASUS PENCURIAN

Minggu, 23 Maret 2014


Naurmi Rojab Destiya
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Banyak permasalahan sosial yang terjadi dilingkungan masyarakat. Masalah-masalah sosial yg sering terjadi di tengah masyarakat, tidak bisa di pungkiri lagi bahwa yang namanya perkembangan zaman di saat ini, pasti akan menimbulkan beberapa masalah di tengah masyarakat.

Antara lain sering kita perhatikan, masalah sosial yang sering terjadi adalah kasus pencurian. Kejadiannya pun tidak mengenal siapa, dimana dan kapan. Jadi setiap ada kesempatan, itu adalah peluang para pencuri masuk untuk mengambil benda yang ia inginkan.

Pencurian sering diidentikkan dengan permasalahan ekonomi. Hal ini ada benarnya, sebab motif yang muncul dalam kasus-kasus semacam ini adalah kondisi ekonomi dari pelaku yang mendesak, dengan beragam permasalahan yang ujung-ujungnya adalah masalah keuangan. Ditambah lagi pondasi keimanan yang lemah, atau keinginan seseorang untuk mendapatkan sesuatu dengan cara cepat, sehingga seseorang terdorong untuk melakukan tindakan kriminal.

Salah satu contoh kasus yang terjadi adalah beberapa hari yang lalu terjadi pencurian sepeda montor di kos kosan wanita, didaerah babarsari. Dalam kesempatan kali ini penulis mewawancarai seorang tukang parkir didaerah tersebut. Sebut saja bapak JK. Bapak Jk menuturkan bahwa sudah 3kali ini terjadi pencurian di kos kosan tersebut. Hal ini terjadi karena kondisi kos kosan tersebut kos ekslusif dan bebas 24jam dan tidak adanya pengawas atau satpam.

Pencurian terjadi bukan disaat sepi atau malam hari, ini terjadi diwaktu siang bahkan pada saat kos ramai. Kenapa pencuri dapat denga leluasa mengambil montor salah satu penghuni kos tersebut, ini dikarenakan tidak adanya interaksi antar penghuni kos. Mereka cenderung apatis atau bahkan tidak saling mengenal hanya sekedar tahu saja.

Ketika kasus pencurian ini dilaporkan oleh polisi, polisi sulit untuk melacak keberadaan pelaku pencurian karena tidak adanya saksi dalam kasus tersebut. Kalaupun ada pasti mereka mengatakan tidak begitu jelas melihatnya, bahkan ada yang mengatakan karena mereka tidak saling kenal jadi tidak paham akan pencurian tersebut. Sehingga polisi sulit untuk mencari pelaku pencurian.

Dari kejadian ini dapat dianalisa bahwa, karena kurangnya interaksi didalam sebuah rumah, atau kos kosan bisa menimbulkan masalah. Karena kebebasan yang ada di sebuah rumah atau kos, ini bisa dimanfaatkan oleh para pelaku pencurian dengan leluasa mengambil benda-benda yang ada dirumah  atau kos tersebut.

Hal ini juga yang membuat pelaku pencurian tidak jera dengan apa yang ia perbuat, karena penghuni kos juga tidak membuat suatu pengamanan pada kos tersebut.

Dari semua masalah-masalah yang terjadi masyarakat dapat penulis carikan solusinya, yaitu harus ada pendekatan dari penghuni kos, mempererat interaksi diantara mereka. Supaya tidak tercipatanya sifat apatis dan memupuk sifat saling perduli. pada faktor internal dimana peran keluarga sangatlah penting dalam membentuk pondasi dan memupuk norma-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat. Peran keluarga itu sendiri yaitu memberi arahan-arahan positif kepada anak-anaknya dan membimbing dari segi religius maupun akademik, dan lain sebagainya. Hal ini sangatlah penting untuk membentengi sikap dan moral anak-anak agar tidak terpengaruh ajaran yang tidak baik di lingkungan luar contohnya mencuri.

Kriminalitas tidak bisa dihilangkan dari muka bumi ini. Yang bisa hanya dikurangi melalui tindakan-tindakan pencegahan. Hukuman selama ini hukuman (punishment) menjadi sarana utama untuk membuat pelaku jera. Dan pendekatan behavioristik ini tampaknya masih cocok untuk dijalankan dalam mengatasi masalah pencuri kriminal. Hanya saja, perlu kondisi tertentu, misalnya konsisten, terbuka, dan tepat waktunya. Membatasi kesempatan Seseorang bisa mencegah terjadinya tindakan kriminal dengan membatasi munculnya kesempatan untuk mencuri. Kalau pencuri akan lewat pintu masuk dan kita sudah menguncinya, tentunya cara itu termasuk mengurangi kesempatan untuk mencuri. Cara-cara di atas memang tidak merupakan cara yang paling efektif, hanya saja akan tepat bila diterapkan kasus per kasus. Semoga bermanfaat.

Memberikan bimbingan kepada pelaku, dan penghuni kos untuk menjalin tali silaturahmi dan menghilangkan sikap apatis. Dalam hal ini psikolog sosial hanya bisa membantu proses bimbingan atau mengarahkan, utuk penerapannya hanya bisa dilakukan oleh masing masing individu.

DAFTAR PUSTAKA

·         Suryanto. (2012). Perilaku criminal ditinjau dari aspek psikologis pelaku. Retrieved on March 19, 2014. from: http://suryanto.blog.unair.ac.id/2008/12/04/perilaku-kriminal-ditinjau-dari-aspek-psikologis-pelaku/

0 komentar: