Rabu, 05 Maret 2014
oleh
: Naurmi Rojab Destiya
Terkait
semangat kebangsaan, pada tanggal 20 januari 1961 dunia mengingat
kalimat terkenal dari John F Kennedy ketika dilantik sebagai
presiden AS. “Ask not what your country can do for you ask what you
can do for your country!” Ungkapan kennedy mungkin meringkas
tuntutan Negara tentang bagaimana warga harus menunjukan cinta tanah
airnya.
Meskipun
demikian nasionalisme kennedy tak sepenuhnya dapat diberlakukan untuk
Negara tercinta Indonesia, ketika pemerintah justru yang harus
dipertanyaankan rasa cintanya kepada rakyat. Tampaknya Negara absen
hari demi hari dari drama perjuangan rakyat, yang hanya untuk sekedar
bertahan hidup.
Faktanya
gizi buruk dan busung lapar masih ditemukan diberbagai wilayah.
Fasilitas pendidikan yang tidak merata, gedung sekolah yang terbuat
dari jerami, gedung sekolah ambruk dan mirisnya lagi kekurangan
tenaga guru, dimana peran guru adalah untuk mencerdaskan para anak
bangsa. Tapi Negara seolah tidak memperdulikan kenyataan itu, dengan
membuat peraturan pendidikan bahwa kelulusan harus dipaksa disama
ratakan dengan UAN. Untuk didaerah kota mungkin permasalahan itu
masih bisa ditanggani tapi untuk didaerah pelosok yang belum
tersentuh fasilitas pendidikan sepenuhnya, bahkan tenaga guru saja
masih sering kekurangan bagaimana bisa kelulusan disama ratakan oleh
UAN. Belum lagi masalah bencana alam yang sekarang sedang terjadi
diberbagai daerah. Pengungsi terkatung katung, korban gunung meletus
di Sinambung berebut air bersih atau untuk sekedar membasahi
tenggorokannya.
Disaat
rakyat dihadapkan oleh kenaikan harga bbm yang mengakibatkan
kenaikan harga yang lain, rakyat harus berjuang ditengah era
globalisasi yang setiap hari seakan mencekik leher mereka. Kejadian
ini sangat kontras dengan para wakil rakyat yang justru sibuk
memanfaatkan kedudukan dan jabatan mereka untuk meraup uang rakyat.
yang gemar bermewah mewahan diatas penderitaan rakyat. Makan
sepuasnya, hingga sakit, tak tanggung tanggung berobat diluar negeri
dengan memakai uang rakyat. Ini sangat berbeda dengan kondisi rakyat,
jangankan mendapat kesembuhan, masuk ke rumah sakit saja ditolak
dengan berbagai alasan. Kita juga pasti masih ingat dengan berita
akhir akhir ini seorang kakek dibuang oleh pihak rumah sakit, sungguh
miris mendengar hal itu. Dan semua rakyat rakyat lagi lagi rakyat
yang dikorbankan. Semangat kebangsaan bagaimana yang harus
dipersembahkan oleh rakyat jika para pemimpinnya tidak amanah tidak
mengutamakan kepentingan rakyat?
Kemana
Pemimpin yang seharusnya amanah memperjuangkan hidup rakyatnya, yang
segala keputusan keputusan Negara yang pembuatannya melibatkan
mereka. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang integritas harga diri
para wakil rakyat Negara kita.
Ketika waktu pemilu mulai dekat,
para calon wakil rakyat mengumbar janji, dicekoki dijejeli janji
janji manis yang menjadi visi missi para wakil rakyat. Akan tetapi
pada waktu berhasil para pejabat mulai lupa apa kewajiban yang harus
mereka lakukan untuk rakyat. Melupakan janji yang mereka berikan
dulu.
Perkara
penting lain yang terkait dengan kadar kehormatan Negara dimata
rakyat bahkan dimata dunia. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
disibukan oleh kelakuan para pejabat yang gemar memakan uang rakyat
atau korupsi hingga triliyunan rupiah, yang sangat merugikan rakyat.
Seperti hasil survei yang dilansir dalam Indeks Persepsi Korupsi
tahun 2013, yang dibuat oleh Badan Pengawas Korupsi Dunia,
Transparency
International. Dalam
laporan tersebut, Indonesia menempati urutan ke-114 dengan skor
32/100. Jangan senang dulu, ternyata urutannya terbalik, angka yang
paling besar yang menunjukkan tingkat korupsi yang paling tertinggi,
bukan dari angka yang paling kecil. Mungkin budaya malu di Negara
tercinta kita ini sudah tak berlaku. Ketika banyak penjabat diluar
negeri rela mengundurkan diri karena dirinya tersangkut kasus
korupsi. Tapi lain di Negara tercinta kita, masih banyak penjabat
yang tersandung kasus korupsi masih bebas, masih menjabat, masih bisa
mencalonkan diri kembali.
Sekali
lagi semangat kebangsaan yang bagaimana yang harus dilakukan oleh
rakyat jika melihat berbagai kenyataan ini?
Semangat
kebangsaan seharusnya ada disetiap jiwa rakyat Indonesia. Tapi untuk
menciptakan semangat kebangsaan sudah seharusnya para wakil rakyat
sadar akan tugas mereka. Dan para pemimpin yang bisa dijadikan
tauladan dan bisa dibanggakan.
Masih
banyak masalah lainnnya yang harus segera dibenahi. Tidak perlu
dijelaskan panjang lebar lagi atau digambarkan dengan karikatur,
rakyat hanya menginginkan pemimpin yang tegas, tegas menolak tindakan
korupsi, jujur dan amanah mengutamakan kepentingan rakyat, memberikan
rasa aman kepada rakyat.
Jika
semua hal itu terwujud secara otomatis rakyat akan memiliki semangat
kebangsaan yang tinggi untuk Negaranya. Dan antara pemerintah, para
wakil rakyat, dan rakyat indonesia bisa bersama sama mewujudkan
Indonesia yang bersih dari korusi, aman, dan damai.
DAFTAR
PUSTAKA
- MangunwijayaIII. (2009). Negara Minus Nurani. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
- AndryantoMustafa. (2013). Urutan 114, Indonesia Hadir sebagai Negara Terkorup. Retrieved on March 05, 2014 from; http://hukum.kompasiana.com/2013/12/04/urutan-114-indonesia-hadir-sebagai-negara-terkorup-613732.html
0 komentar:
Posting Komentar