Minggu, 15 Desember 2013
Cerpen Karya Naurmi Rojab Destiya
Bu, aku minta uang untuk
beli jajan tadikan sudah bantu ibu masak. Spontan lalu ibuku pun memarahiku.
Semenjak kecil aku memang dibatasi untuk jajan, kalaupun dikasih pasti ibuku
bilang ”untuk ditabung saja! Ngapain jajan terus yang penting sudah makan”.
Dulu ketika aku masih
duduk di bangku SMP, aku merasa ibu hanya perduli dengan kakak saja. Apapun
yang aku ingin kan tak pernah ibu turuti dengan mudah. Kadang terbesit
dipikiranku ibuku pelit ! aku iri dengan temanku yang selalu bercerita kalau ia
habis dibelikan baju oleh ibunya, habis pergi kesalon bersama ibunya. Dulu aku
hampir tak ada cerita tentang ibuku. Apapun yang aku inginkan aku beli sendiri.
Bu, aku ingin baju itu. Bu, ingin pergi kesalon. Kata-kata itu hampir tak
pernah ia hiraukan. Bahkan ia memarahiku ketika aku mulai meminta ini itu.
Setiap akan pergi ke
sekolah ibuku memberiku uang saku 2000 hingga 2500. Itupun masih harus aku
tabungkan dicelenganku setiap pulang sekolah. Pikirku, aku punya tabungan juga
untuk apa, nantinya aku ambil untuk beli kebutuhanku sendiri. Dan bambu tua itu
menjadi tempat penyimpanan uangku yang paling aman. Ya ibuku membuatkanku
celengan dari bambu bekas.
“Bu, kenapa tidak ibu belikan aku celengan yang bagus seperti temanku?”. Celengannya lucu berbentuk kucing. Untuk apa nantinya juga kamu hancurkan, manfaatkan barang yang masih bisa dimanfaatkan. Ibu kan sudah buatkan kamu celengan dari bambu” Jawab ibuku sembari menyapu diruang tamu. Lagi lagi aku berpikir ibuku pelit !
“Bu, kenapa tidak ibu belikan aku celengan yang bagus seperti temanku?”. Celengannya lucu berbentuk kucing. Untuk apa nantinya juga kamu hancurkan, manfaatkan barang yang masih bisa dimanfaatkan. Ibu kan sudah buatkan kamu celengan dari bambu” Jawab ibuku sembari menyapu diruang tamu. Lagi lagi aku berpikir ibuku pelit !
Waktu itu penerimaan
raport kelas 11 ( SMA) dengan senyum raut wajah yang bahagia ibuku keluar dari
kelas, ia memberitahu bahwa aku dapat peringkat 1, bahagia nya aku. Begitu
sampai diambang pintu rumah, aku bilang kepada ibuku, “Bu sebagai hadiah
belikan handphone yah bu, yang ini sudah rusak, ini juga aku beli sendiri.
Normi juga sudah dapat rangking 1”. Aku berpikir dalam hati. Aku yakin ibuku
akan membelikan ku handphone. Tapi ternyata aku salah, lagi-lagi aku dimarahi.
“Untuk apa kamu dapat
rangking pertama kalau kamu minta hadiah? Pintar untuk siapa? Untuk kamu
sendiri. Kalau ingin handphone ya nabung mulai dari sekarang”.
“Kenapa sih kan aku cuma
minta dibelikan handphone, temanku rangking 4 saja dibelikan handphone. Yang
tidak rangking saja dibelikan ini itu”, jawabku dengan nada tinggi.
Entahlah kenapa ibuku selalu bilang demikian, memang menabung itu bagus tapi aku juga ingin dibelikan. Setidaknya uang tabunganku ingin aku simpan hingga entah kapan.
Entahlah kenapa ibuku selalu bilang demikian, memang menabung itu bagus tapi aku juga ingin dibelikan. Setidaknya uang tabunganku ingin aku simpan hingga entah kapan.
Tapi kini, setelah
hidupku jauh dari ibu, aku mulai merenungkan semua hal yang telah ibu ajarkan
kepadaku. Sekarang aku sangat mencintai ibuku bahkan aku anggap ibuku sebagai
ibu yang luar biasa. Bisa mendidikku dengan sabar hingga akhirnya aku mengerti
kenapa ibuku melakukan semua itu.
Seperti yang aku kutip
dari syair lagu IBU _ Iwan Fals
lewati rintangan untuk
aku anakmu
Ibuku masih terus
berjalan
Walau tapak kaki penuh
darah penuh nanah
“Dengan apa aku membalas
“IBU”
Bersyukur terlahir dari
rahim seorang ibu yang tangguh dan hangat sepertinya. Ia adalah Wonder Women di
keluargaku. Selama 9 bulan aku bernafas didalam perut ibu, dan pada saat itu
juga segala keperihan, kesusahan yang ibu alami, dengan tangguh dan sabar ia
jalani.
Hingga aku pun terlahir
ke dunia fana ini. Ibu maffkan aku. Betapa perdulinya ibu, tapi dulu aku
menganggap bahwa ibuku pelit, mengapa bisa aku berpikir demikian, betapa
bodohnya aku. Aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Uang sakuku dulu yang
hanya 2500 sekarang mengajarkan aku untuk menghargai seberapapun uang yang aku
miliki harus aku gunakan sebaik-baiknya. Dan uang yang dulu aku miliki, itupun
milik ibu, yang ibu dapatkan dari bekerja susah payah ia mendapatkan uang, aku
hanya bisa meminta dan menghabiskan.
Celengan bambuku
mengajarkan, untuk memanfaatkan apapun yang masih bisa digunakan untuk tetap
bisa dimanfaatkan, mengutamakan apa yang aku butuhkan bukan yang aku inginkan.
Kebiasaanku menabung yang dulu membuatku menjadi beban, tapi kini aku terbiasa
menabung. Ini mengajarkan aku untuk tidak boros, tidak menghambur-hamburkan
uang dengan membeli sesuatu yang tidak perlu dan dengan tabungan ini aku bisa
memperhitungkan apa saja jika ada pengeluaran yang tak terduga.
Waktu aku rangking 1
minta dibelikan handphone dan ibuku marah, sekarang aku bisa berpikir aku
pandai untuk siapa? untukku sendiri, ilmu yang aku dapatkan ini untuk bekalku
kedepan, orang tua hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk anaknya. Anaknya
pintar itu suatu hadiah untuk orang tua. Orang tua mana yang tidak bangga jika
anaknya pandai? Orang tua mana yang tidak mendoakan anaknya setiap saat setiap
waktu.
Handphone itu,
mengajarkan aku selalu berusaha untuk mendapatkan apa yang aku mau dengan
usahaku sendiri. Aku harus berusaha, tidak boleh bergantung kepada orang lain.
Siapa yang menjalani hidup ini kalau bukan diriku sendiri, apa jadinya jika aku
terus bergantung dengan ibu. Ibu, pastinya tak akan selalu bersamaku.
Ibu maffkan aku,
terimakasih ibu, kau telah mengajarkan aku banyak hal. Hidupku sekarang lebih
baik dari yang dulu, sekarang aku mengerti semua yang dulu ibu ajarkan
bermanfaat untukku sekarang dan mengerti apa artinya bersyukur.
Betapa bersyukurnya aku
mempunyai ibu yang sangat menyayangiku. Ingin rasanya terus disisinya
memeluknya setiap waktu. Kini setelah aku sadar Tak ada seorangpun ibu yang tak
menyayangi anaknya. Tak perduli berapa kali aku membuat ia marah, dengan cara
apapun ia akan tetap menyayangiku. Guru terbaik ialah ibu, dokter terbaik ialah
ibu. Karena naluri seorang ibu tak akan pernah hilang.
Sudahkan kamu meminta
maff kepada ibu mu ? sudahkah kamu bersyukur dengan apa yang kamu miliki
sekarang? Sudahkah kamu berusaha untuk apa yang kamu inginkan? Kini aku terus
mengingat pertanyaan-pertanyaan itu, agar aku selalu ingat apa yang telah ibu
ajarkan kepadaku.
Dan ini lah ceritaku
betapa ibu sangat berarti didalam hidupku.
PROFIL PENULIS
follow @Minoormy
FB : Naurmi Rojab Destiya
Semoga bisa bermanfaat :)
FB : Naurmi Rojab Destiya
Semoga bisa bermanfaat :)
0 komentar:
Posting Komentar